Namun stelah berjalannya waktu aku mulai sadar bahwa aku perlu berbagi ilmu dengan mereka. Bukan aku yang membagi ilmu, lebih tepatnya aku meminta ilmu pada mereka.
Aku bertemu dengan mahasiswa semester 8 yang mengikuti mata kuliah Mekanika Rekayasa 2. Orangnya hangat dan dia juga ga pelit ilmu ternyata. Dulu aku sering tidak mau peduli karena aku cewek sendiri di kelas, jadi aku terkesan diam. Lalu aku memutuskan untuk terbuka seperti yang lain, aku mulai ngobrol dan tanya ini itu kepadanya. Ternyata orangnya enak diajak ngomong. Dewasa pastinya karena ia sudah beristri dan punya anak.
Pernah suatu ketika aku benar-benar sedang dihinggapi penyakit malas ikut mata kuliah Mekanika Rekayasa 2 ini karena aku rasa sulit dimengerti dikarenakan dosennya agak kurang jelas kalo nerangin materi. Lalu aku bertemu Mas Zait begitu biasanya dia dipanggil. Dia menasehatiku ke kiri ke kanan bahwa malas itu tidak untuk di bela, tapii di lawan.
Namun dasar setan punya lebih banyak andil disini, aku belum terlalu memikirkan nasehatnya.
Lalu ada lagi mahasiswa lanjutan D3 di mata kuliah Mekanika Tanah dan Ilmu Ukur Tanah. Aku biasa memanggilnya Pak Aktris, atau agar lebih singkat teman-temanku memanggilnya Pak Tris.
Si Bapak ini lebih cerewet dari Mas Zait, dia selalu tanya ini itu kepada dosen, sehingga yang ada di benakku saat sedang kuliah bareng adalah betapa sudah berpengalamannya si bapak ini.
Kemaren aku masuk kelas Ilmu Ukur Tanah lebih dulu dan Pak aktris sudah menunggu di kelas. Aku coba tanya ini itu pada beliau dan ternyata beliau sudah bergelar S1 Teknik Mesin, dan S2 Ekonomi di Universitas Indonesia. D3 Teknik Sipil beliau pun beliau rampungkan di UI. Lalu aku bertanya kenapa S1nya dilanjut disini, bukan di UI. Beliau menjawab kalo anaknya kuliah di UI, jadi beliau mengalah untuk merampungkan gelar S1 Teknik sipilnya disini.
Selain cerita tentang dirinya beliau juga menyampaikan nasehatnya " Semalas-malasnya kamu jangan pernah tinggalkan kuliahmu. Aku tau ini berat pastinya. Tapi itu yang akan menjadi nilaimu di masyarakat"
Setelah nasehat itu obrolan dilanjut ngalor-ngidul sambil menunggu pak dosen yang tak kunjung datang. Obrolan berakhir saat dose datang. Namun pikiranku malah lari entah kemana memikirkan nasehat Pak Aktris tadi. Luar biasa sungguh beliau ini. Umurnya sudah tidak muda lagi, namun beliau masih semangat menuntut ilmu. Bahkan beliau bercerita kalau beliau manantang anaknya untuk lulus kuliah lebih dulu daripada beliau. Ini sungguh motivasi dari orang tua yang luar biasa.
Gelarnya yang bertumpuk tak pernah memutuskan semangatnya untuk selalu menuntut ilmu. Luar biasa Pak Aktris.
Baru kemaren kisah inspiratif pakmaktris, hari ini aku bertemu dengan seorang mahasiswa juga. Dia tidak mengikuti mata kuliahku, namun aku pernah bertemu dia sebelumnya. Dia kenal dengan Pak Aktris dan Mas Zait juga. Hari ini aku bertemu dia karena dia ada perlu dengan Pak Aktris. Lalu dia nanya kalo ujian susulan syaratnya apa aja. Aku jawab saja pake keterangan kantor. " kalo mau sakit juga pake surat ijin dokter biasa kok pak" kataku. Lalu Pak Aktris ngomong " Kalo dia sampe sakit mah diketawain dosen-dosennya lif ". Aku langsung mikir seketika. Ternyata si bapak yang penampilannya cool dan rapih itu adalah dokter. Aku sempat bertanya - tanya, kalo udah Dokter ngapain ngambil Teknik Sipil????.
Lalu sekarang aku sadar, ilmu itu tiada batasnya. entah itu tempat, waktu, profesi, dan lain sebagainya. Yang terpenting adalah niatan kita. Apakah kita benar-benar niat menuntut ilmu atau sekedar main-main saja.
Terima kasih Allah telah mempertemukan aku dengan orang-orang yang luar biasa. Ridhoi aku untuk menjadi seperti mereka yang tak pernah lelah mencari ilmu. Amiin
Bumi srengseng Indah, Jakarta Selatan
6 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar